Kamis, 13 November 2008

Sejarah Pers di Indonesia Pra Kemerdekaan

Sebagian orang mempertanyakan kriteria “pers Indonesia,” atau kalau pun mau aman, lebih tepat disebut “pers di Indonesia.” Ini bisa dimulai oleh surat kabar Bataviasche Nouvelles, yang terbit 1744-1746, di kota Batavia, Pulau Jawa. Kemungkinan besar Bataviasche Nouvelles adalah surat kabar pertama yang terbit di Pulau Jawa zaman Hindia Belanda. Pulau Jawa hari ini adalah bagian dari Indonesia.

Semenjak abad-19, pertumbuhan surat kabar dan dunia penerbitan di Minangkabau (Sumatra Barat) sangat signifikans.Minangkabau memang merupakan kota pers tertua di Sumatra, dan termasuk kota Indonesia yang awal mengenal surat kabar. “Ketika di tempat lain di pulau ini orang baru mengenal naskah (manuscript) beraksara Jawi yang berisi sastra pagan, di Padang orang (Minangkabau) sudah membolak-balik halaman kertas lebar bernama surat kabar yang berisi informasi dari luar dunia lokalnya,” tulis Suryadi (lihat di http://www.ranah-minang.com).Dari catatan sejarah dan tarikh keberadaan dunia pers di Sumatra Barat, tampaknya, kehadiran surat kabar Medan Prijaji (1907) yang lahir di Bandung (Jawa Barat) masih muda dibanding surat-surat kabar yang sudah terbit di Minangkabau sebelumnya. Dan kita tidak mengetahui pula, siapa atau lembaga apa yang memutuskan dan melegetimasi satu abad pers di Indonesia ini dimulai hitungan tahun 1907? Selanjutnya, di mana suara sejarahwan Sumatra Barat yang jumlahnya tidak sedikit itu:

Ada juga yang berpendapat “pers Indonesia” mulai sejak Republik Indonesia ada. Artinya, “pers Indonesia” ini ya termasuk semua yang terbit, atau sudah terbit, pada Agustus 1945, di seluruh wilayah Indonesia. Namun wilayah “Indonesia” pada 1945 de facto hanya Jawa dan Sumatra. Belanda praktis menguasai pulau-pulau lain. Bahkan sesudah perjanjian Linggarjati, wilayah Indonesia malah menciut cuma Jogyakarta dan beberapa tempat lain di Pulau Jawa? Artinya, secara legal “Indonesia” baru diakui dunia internasional sesudah penyerahan kedaulatan dari Kerajaan Belanda ke Republik Indonesia Serikat pada 27 Desember 1949?


Tokoh-Tokoh Pers Pra Kemerdekaan di Indonesia

• Pramoedya Ananta Toer
Berpendapat “pers Indonesia” dimulai oleh Medan Prijaji, terbitan Bandung pada Januari 1907. Pramoedya menulis buku Sang Pemula guna mengedepankan peranan Tirto Adhi Soerjo, penerbit Medan Prijaji. Pramoedya juga melandaskan Tetralogi Pulau Buru, secara fiktif, pada tokoh Tirto.

• Mahyoeddin Datoek Soetan Maharadja
Tokoh pers ini hadir mewarnai dinamika pemikiran, arah kebijakan publik, dan dunia keintelektualan.

• Burhanuddin Mohammad Diah
Lahir di Kutaraja, yang kini dikenal sebagai Banda Aceh, pada 7 April 1917, meninggal dunia di Jakarta, 10 Juni 1996 adalah seorang tokoh pers, pejuang kemerdekaan, diplomat, dan pengusaha Indonesia.

• Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo (Blora, 1880–1918)
Adalah seorang tokoh pers dan tokoh kebangkitan nasional Indonesia, dikenal juga sebagai perintis persuratkabaran dan kewartawanan nasional Indonesia. Namanya sering disingkat T.A.S..

Media Pers Pra Kemerdekaan

Media pers pra kemerdekaan di Indonesia dimulai dengan terbitnya beberapa surat kabar, antara lain:

• Soerat Kabar Bahasa Melaijoe (Surabaya, 1856)
• Soerat Chabar Betawi (Betawi, 1858)
• Selompret Malajoe [belakangan bernama Slompret Melayoe] (Semarang, 1860)
• Pertela Soedagaran (Surabaya, 1863)
• Bintang Timor (Padang, 1865)
• Bintang Djohar (Betawi, 1873)
• Mata Hari (Makassar, 1883)
• Pelita Ketjil (Padang, 1886)
• Insulinde (Padang, 1901)
• Medan Prijaji (Bandung, 1907)

Referensi :
• Sejarah Pers Sumbar Dialih Orang Lalu oleh Nasrul Azwar.
• Jejak Langkah oleh Pramoedya Ananta Toer.

Tidak ada komentar: